Kamis, 14 Oktober 2010

Sejarah dan Budaya

 Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming: Kisah Belut Emas



"Lihatlah: Poster tentang kejahatannya membuka jalan; Pentung dan gala menghalau dari belakang...
Sesungguhnya, Pada akhirnya, semua perbuatan baik dan buruk akan dibalas, Namun pembalasan bisa datang cepat, atau lambat."

---Dikutip dari Kisah 20: Kisah Belut Emas


Feng Menglong (1574–1646), pakar nomor satu sastra populer di zamannya, paling dikenal untuk karya klasiknya yang sering diacu secara kolektif sebagai Sanyan, atau 3 kumpulan cerpen daerah, di mana buku ini merupakan koleksi keduanya (Kisah 1-20).  Buku yang patut untuk disimak karena ini merupakan koleksi pertama Kisah Klasik Dinasti Ming yang diterbitkan dalam dua buku, yaitu Berkumpulnya Kembali Naga dan Harimau dan Zhang Shunmei juga buku Bertemu Gadis Cantik di Festival Lentera. Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming: Kisah Belut Emas sudah terjual sekitar 10.000 eksemplar dalam waktu 6 bulan. Karya Shuhui Yang & Yungin Yang yang mendapat sambuatan luar biasa.
Hebatnya lagi, Kisah Klasik Dinasti Ming sedang diproses menjadi versi audio untuk serial radio, sebuah bentuk kerja sama GPU dengan Spirit Production dan Radio Sonora. Jika proyek ini berhasil maka kisah belut emas akan menjadi satu-satunya kisah klasik dari negeri China yang akan diangkat ke radio.
  
Janda Dari Jirah


Novel Janda Dari Jirah ditulis berdasarkan suatu peristiwa sejarah yang terlarang diceritakan pada masa kejayaan Kediri. Para penyair dan empu dilarang menuliskan kisah ini karena setiap catatan tentangnya akan mencoreng kekuasaan Rake Halu Dharmmawangsa Airlangga. Semua berpusat pada seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Ibu Ratna Manggali atau Rangda ing Jirah (Janda dari Jirah), pemimpin Kabikuan Jirah. Sebuah kabikuan Budha Tantra dengan para pendeta yang tidak menggunting rambut dan tidak berambisi memasuki nirwana. Dari tempat inilah, Ibu Ratna Manggali menggetarkan takhta Airlangga dengan perluasan wilayah dan penyebaran ajaran yang semakin lama semakin banyak pengikutnya. Puncaknya adalah ketika Airlangga akan menobatkan putrinya menjadi pewaris Kediri. Dari kabikuan Jirah, muncul seseorang yang membuat Kediri harus terbelah dua. Perang saudara pun tak terelakkan. Tangan-tangan pun berdarah dalam kekuasaan. Para empu kebingungan di mana mesti meletakkan Randa ing Jirah dalam sejarah. Mereka bungkam dan menanam pena masing-masing beratus-ratus tahun lamanya. Sekarang, seorang penyair menuliskan kembali kisah Ibu Ratna Manggali dalam novel Janda dari Jirah iniDengan bahasa yang mengkristal di setiap paragrafnya, Cok Sawitri memikat pembaca untuk terus menelusuri kilas balik sebuah cerita terlarang. Hanya dalam buku ini, apa yang dulunya tak tertulis, kembali dikisahkan.

Kenapa buku ini menarik untuk disimak?

  • Novel ini mengangkat lokal genius Jawa-Bali yang  jarang ditemukan dalam novel-novel lain.
  • Nama penulis sudah dikenal dan beliau aktif di komunitas-komunitas sastra.
  • Ditulis berdasarkan riset atas sejarah Kerajaan Kediri dan tokoh Calon Arang.

     Putri Cina


    Kita datang ke dunia ini sebagai saudara, tapi mengapa kita mesti diikat pada daging dan darah, yang ternyata hanya memisahkan kita? Itulah kisah tragis anak manusia yang digeluti oleh novel Putri Cina. Novel ini melukiskan, bagaimana anak manusia itu ingin mencintai bumi tempat ia berpijak. Tapi ternyata bumi tersebut tak mau menjadi tanah airnya yang aman, damai dan tentram. Ia yakin, dengan dilahirkan di dunia, semua manusia adalah saudara. Tapi mengapa manusia-manusia di bumi tempat ia berpijak itu tak mau menerima dirinya sepenuh-penuhnya?Sindhunata berhasil menerjuni kisah itu dalam pelbagai lika-likunya. Ia menggeluti kisah itu lewat pengetahuannya yang luas dan kaya tentang filsafat dan mitos, baik Jawa maupun Cina. Kisah itu juga ditelusurinya lewat babad dan sejarah. Lalu dijalinnya semua itu dalam sebuah sastra tentang Putri Cina.Putri Cina adalah sebuah sastra tragedi yang indah dan kaya akan permenungan hidup. Dengan cara bertuturnya yang khas, novel ini akan membawa kamu ke dalam sebuah alam, di mana mitos dan kenyataan historis sedemikian bersinggungan tanpa pernah terpisahkan. Di sini sejarah seakan hanyalah panggung, tempat mitos mementaskan dirinya. Dengan amat menyentuh, novel ini berhasil melukiskan, bagaimana di panggung sejarah yang tragis itu cinta sepasang kekasih yang tak ingin terpisahkan oleh daging dan darah pun akhirnya hanya menjadi tragedi yang mengharukan hati.

    Kota Gede

    Gempa yang mengguncang kota Yogyakarta telah meluluhlantakkan sebagian besar bangunan di daerah tersebut, termasuk di Kotagede. Apa yang tersisa dari Kotagede hanyalah kenangan akan keindahan dan keramahan penduduknya yang telah direkam dengan penuh estetika tinggi oleh Revianto Budi Santosa (teks) & Bambang Tri Atmojo (foto) dalam buku mereka Kota Gede: Life Between Walls. Halaman demi halaman dalam buku ini memvisualisasikan detik-detik  yang terlewatkan serta setiap sudut yang dilalui oleh berbagai aktifitas masyarakat. Bukan hanya untuk mengobati rasa kangen Anda akan indahnya kota ini tetapi juga mengupas seluk beluk Kota Gede secara arsitektur dan antropologi.

    Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui



    Ditulis berdasarkan riset selama satu dekade dan wawancara dengan orang-orang terdekat Mao di China yang sebelumnya tak pernah buka mulut—ditambah wawancara dengan orang-orang di luar China yang mempunyai hubungan penting dengan Mao—buku ini adalah biografi Mao yang paling fenomenal yang pernah ditulis. 
    Penuh dengan pengungkapan yang mengejutkan, menghan-curkan mitos tentang Long March, dan menggambarkan dengan sejelas-jelasnya siapa sebenarnya Mao: tindakannya yang tidak didorong oleh idealisme atau ideologi; pasang-surut hubungannya yang rumit dengan Stalin sejak tahun 1920-an yang akhirnya membawanya ke puncak kekuasaan; sambutan positifnya terhadap tentara pendudukan Jepang, dan sikapnya yang tega menjegal, meracuni, dan memeras lawan-lawannya demi mencapai tujuan pribadinya.Setelah menguasai China di tahun 1949, cita-cita rahasianya adalah menguasai dunia.
    Dalam mengejar impian itu, dia menyebabkan kematian 38 juta orang dalam bencana kelaparan paling besar sepanjang sejarah. Secara keseluruhan, lebih dari 70 juta rakyat China mati di bawah pemerintahan Mao—di masa damai.  Menggabungkan kecermatan seorang ahli sejarah dengan gaya bertutur yang lancar dan memikat seperti dalam Angsa-Angsa Liar—karya Jung Chang (diterbitkan Gramedia Pustaka Utama) biografi ini memotret kehidupan Mao yang naik-turun dengan cepat dan bagaimana Mao—dengan intrik, gertakan, dan paksaan—mengeluarkan keputusan-keputusan yang tidak populer.
    Membaca buku ini, pembaca diajak masuk ke ruang-ruang rahasia Mao dan “mengintip” berbagai peristiwa dramatis yang terjadi di tempat-tempat tersembunyi. Untuk pertama kalinya, karakter Mao dan perilakunya yang keji terhadap istri-istrinya, pacar-pacarnya, dan anak-anak-nya diungkapkan. Inilah pendekatan yang benar-benar baru terhadap sosok Mao, baik dari segi isi maupun dalam cara penulisannya. Buku gebrakkan dari Jung Chang & Jon Halliday yang mengejutkan bagi para sejarawan maupun pembaca awam.

    Muslim Demokrat Islam, Budaya Demokrasi, Dan Partisipasi Politik Di Indonesia Pasca-orde Baru
     

    Muslim Demokrat Islam, Budaya Demokrasi, Dan Partisipasi Politik Di Indonesia Pasca-orde Baru membahas Pergerakan muslim demokrat pasca-orde baru. Para sarjana Barat, seperti Samuel Huntington, Bernard Lewis, dan Ellie Kedourie memandang Islam dan demokrasi sebagai dua makhluk yang berbeda, dan keduanya berjalan sendiri-sendiri. Bahkan mereka mengklaim bahwa Islam bertanggung jawab atas kegagalan konsolidasi demokrasi di negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Semakin kuat Islam dalam suatu masyarakat, demokrasi semakin tidak mungkin tumbuh di masyarakat tersebut. Pandangan mereka seakan-akan mengamini temuan Freedom House yang terangkum dalam Index of Political Right and Civil Liberty. Menurut temuan ini, dalam tiga dekade terakhir, hanya ada satu negara Muslim yang mampu membangun demokrasi secara penuh selama lebih dari lima tahun, yaitu Mali di Afrika. Dua belas negara Muslim lainnya termasuk dalam kelompok semi-demokratis. Sisanya, yakni 35 negara, bersifat otoritarian. Lebih dari itu, delapan dari 13 negara dengan pemerintahan paling represif di dunia pada dekade yang lalu adalah negara-negara Muslim. Bagaimana sesungguhnya di negara kita?

    Kenapa buku ini menarik untuk disimak?

    • Berdasar riset empirik berskala nasional.
    • Otoritatif.
    • Menjawab pertanyaan: Semakin kuat Islam dalam suatu masyarakat, demokrasi semakin tidak mungkin tumbuh di  masyarakat tersebut?

      The Life-giving Sword


      Karier Yagyu Munenori yang mengesankan dimulai saat dia baru berusia tiga belas tahun dan terus meningkat semasa pengabdiannya sebagai pelatih pedang, politisi, dan penasihat militer dua shogun berturut-turut. (Jabatan sebagai pelatih pedang shogun adalah hal yang didambakan tetapi tidak mampu diperoleh oleh rekan sesama ahli pedangnya, Miyamoto Musashi.) Oleh sang shogun, dia juga ditunjuk menjadi penguasa dengan wilayah kekuasaan yang luas—satu-satunya ahli pedang dalam sejarah Jepang yang pernah dianugerahi kehormatan ini. Terlepas dari kemampuan berpedang dan kedekatannya dengan pemegang kekuasaan tertinggi negara, Munenori mengisi hidupnya dengan menyelami ajaran Buddha Zen. Ajaran ini membentuk kerangka pendekatan spiritualnya akan seni penggunaan pedang. Dia berpusat pada konsep The Life-giving Sword atau “pedang pemberi kehidupan”—gagasan mengendalikan lawan lewat kesiapan spiritual untuk bertarung, alih-alih pertarungan yang sebenarnya. Gagasannya sangat bisa diterapkan, tidak hanya dalam seni bela diri, tetapi juga dalam bisnis dan hubungan antar manusia.
      Bagi Munenori, disiplin diri yang kuat dan pemahaman mendalam akan prinsip ajaran Zen merupakan pelajaran utama dari tiap perjalanan hidup, termasuk Jalan Pedang. Konsepnya mengenai Tanpa Pedang merupakan hal penting dan mengacu pada gagasan bahwa pikiran harus benar-benar terbebas dari apa pun—dari segala pikiran untuk menang, atau bahkan mengenai pedang itu sendiri. Bisa dibilang bahwa keterampilan muncul belakangan, sebagai hasil dari pelepasan pikiran secara total (Tanpa Pikiran).

      Kenapa buku ini menarik untuk disimak?

      • The Life-Giving Sword adalah satu dari tiga karya tokoh-tokoh dalam kisah Musashi. Dua karya lainnya adalah The Book of Five Rings karya Miyamoto Musashi dan The Unfettered Minda, karya Takuan Soho, guru spiritual Musashi.
      • Para pecinta kisah Musashi, praktisi ilmu bela diri, dan mereka yang mendalami spiritualitas populer dapat melengkapi koleksi bacaannya dengan ketiga karya ini.

         The Book Of Five Rings


        Saat menuliskan pemikirannya tentang permainan pedang, kemenangan, dan spiritualitas, samurai legendaris Miyamoto Musashi bermaksud menjadikan karya sederhana ini sebagai panduan bagi murid-murid pribadinya serta generasi samurai masa depan. Ia tidak pernah mengira bahwa karyanya akan menjadi mahakarya yang begitu diinginkan oleh orang-orang dari beragam bidang kehidupan selama berabad-abad setelah kematiannya.Bersama dengan The Art of War karya Sun Tsu, The Book of Five Rings telah lama dianggap sebagai panduan tak ternilai mengenai strategi mencapai kemenangan. Nasihat Musashi yang tak lekang oleh waktu mengenai mengalahkan lawan, membuat lawan lengah, menciptakan kebingungan dan teknik-teknik lain untuk melumpuhkan lawan dulu ditujukan kepada para pembaca di medan pertempuran dan saat ini membantu pembaca modern mengarungi pergulatan hidup. William Scott Wilson, yang juga merupakan penerjemah Hagakure dan The Unfettered Mind, benar-benar mengikuti tulisan Jepang abad ketujuh belas dan memperjelas pokok-pokok pikiran yang membingungkan dalam terjemahan sebelumnya. Sebagai tambahan, ia memberikan pengantar mendalam dan terjemahan sebuah karya Musashi yang jarang diterbitkan, yaitu Jalan Berjalan Sendiri.Edisi ini juga menampilkan karya seni asli Musashi serta kaligrafi baru karya seniman Jepang, Shiro Tsujimura.

        Sandi Sutasoma: Menemukan Kepingan Jiwa Mpu Tantular


        “Kelak para penguasa dari seluruh Kepulauan Nusantara akan mendatangimu, mengabdi kepadamu. Dalam dirimu, Sutasoma, masa lalu, masa depan dan masa mendatang menyatu. Engkaulah tujuan setiap pejalan.” (Purushaada Shaanta, LIII: 3 & 4) Anand Krishna sudah amat terkenal. Semua TV sudah pernah menyiarkannya, bahkan ada acara tetap di TPI setiap minggu pagi, dan sekarang sedang negosiasi penayangan dengan tv lain. Jaringan murid langsungnya sudah lebih dari 7000. Yang pernah mengikuti kursusnya lebih dari 20.000 Banyak sekali media cetak dan elektronik yang telah memuat tentang dirinya.AWAS! Ini bukan sekadar buku. Yang sedang Anda pegang ini adalah yantra atau mantra, sebuah alat untuk membangkitkan kembali Roh Mpu Tantular, yang sedang menyindir Majapatih Gajah Mada, lewat kisah Sutasoma. Setelah membaca buku ini, Anda amat berisiko kerasukan kepingan jiwa Sang Mpu yang akan mengubah Anda untuk selamanya, sebagaimana Sang Mpu sudah merasuki Bung Karno, Hatta, Dewantoro, para tokoh besar dan mengubah mereka. Tapi, astaga! Anda sudah keburu memegang buku ini. Roh itu kini sudah mengelilingi Anda. Bila Anda belum siap kerasukan, lepaskan dan segera menjauh dari buku ini. Biarkan Sang Mpu tetap berada di luar diri Anda!

        Kenapa buku ini menarik untuk disimak?

        • Sotasoma adalah karya klasik Nusantara.
        • Orang akan tahu bahwa Maha Patih Gajah Mada tidak sebesar yang didengung-dengungkan.
        • Ada cacat besar di dalam dirinya yang menyebabkan Nusantara terpuruk.
        • Tampilan model ratu adil menurut Mpu Tantular.
        • Ramalan mengenai kebesaran Nusantara, dan peran kita di dalamnya. Tuntunan Mpu Tantular dalam menyikapi kehidupan sehari-hari.

          What Jesus Meant: Maksud Yesus Yang Sebenarnya

           
          Di ranah budaya kontemporer sedang terjadi suatu debat keagamaan yang serius. Dalam situasi itu, seorang sarjana terkenal, sekaligus penulis bestseller versi New York Times, Garry Wills, menarik diri dan mencoba mengali lebih jauh arti ajaran Yesus. Dalam setiap debat publik, baik orang berhaluan kanan maupun kiri mengutip Yesus karena ajaran-Nya dianggap mendukung pandangan politik mereka.Garry Wills berpendapat sesungguhnya tidak ada program politik dalam ajaran Yesus. Ia jauh lebih radikal daripada yang kita bayangkan selama ini. Dengan cara baru dalam membaca Injil, Wills mencoba menggali arti “pemerintahan Allah” yang diberitakan Yesus. Menurut Wills, pemerintahan Allah bukan hanya sebuah janji yang baru akan digenapi di masa yang akan datang. Pemerintahan Allah justru nyata pada diri dan tindakan Yesus. Hanya dengan berbagai alasan dan tipu muslihat, diingatkan Wills, orang mengaburkan ajaran Yesus yang jelas-jelas menentang kekuasaan, kekayaan, bahkan agama itu sendiri. Yesus berasal dari golongan masyarakat bawah, golongan pekerja. Karena itu, semua ajaran-Nya ditujukan bagi mereka dan untuk membela kepentingan mereka.Buku Wills ini menantang asumsi orang—baik kaum sosialis Kristen maupun kalangan teokrat biblis—yang berusaha menjadikan agama sebagai komoditas politik. What Jesus Meant tak pelak lagi akan memicu perdebatan seputar pemahaman kita tentang Yesus dan Kitab Suci. Lewat suguhan yang cemerlang ini, Wills telah memberikan sumbangan besar bagi diskusi kita tentang peranan agama dalam masyarakat kita.

          The Best Of Chinese Life Philosophies
           


          Tahukah Anda bahwa untuk hidup sukses Anda tidak cukup hanya bekerja keras, namun harus pu­la menemukan faktor-faktor penentu kesuk­ses­an dan kemudian menyelaraskannya dengan ke­hi­dupan? Faktor takdir, nasib, bakat, kemampuan meman­faatkan momentum (waktu dan tempat yang te­pat), dukungan orang-orang di sekitar, pengem­bangan internal (diri sendiri), pemanfaatan faktor kali (leverage) serta teknologi, dan pemanfaatan ilmu metafisika China (Bazi dan Fengshui), se­mua itu turut menyumbang porsi kesuksesan Anda.The Best Of Chinese Life Philosophies akan memperkenalkan kepada Anda filo­sofi kehidupan berdasarkan konsep Yin Yang, Wu Wei, dan Wu Chang yang dapat Anda manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan untuk meraih ke­hi­dupan yang Anda idamkan. Diramu dengan kisah-kisah menarik tentang filo­sofi kehidupan, kebijakan, kebajikan, dan bahkan kisah-kisah yang membuat Anda tertawa menjadi­kan buku ini layak dan harus Anda baca! Selamat menikmati hidup ini! Memperkenalkan kepada Anda filo­sofi kehidupan berdasarkan konsep Yin Yang, Wu Wei, dan Wu Chang yang dapat Anda manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan untuk meraih ke­hi­dupan yang Anda idamkan. Dilengkapi kisah-kisah China klasik yang  mengandung nilai-nilai kebijaksanaan (kecerdikan, kesabaran, ketegasan, kedisiplinan, kejujuran, keteguhan hati, kerja keras, dsb), yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada lingkup keluarga, sekolah, masyarakat, dan dunia bisnis.Buku motivasi ini cocok untuk berbagai segmen pasar (mahasiswa, pebisnis, karyawan, ibu rumah tangga, orang tua, orang muda, dsb). Buku-buku bertema kebijaksanaan China sedang booming. Buku ini akan ambil bagian dalam merebut pasar. Penulisnya sering memberi seminar dan konsultasi di perusahaan-perusahaan (sehingga ikut memasarkan buku ini ke klien-kliennya).Karya Leman yang telah diterbitkan GPU: 50 Chinese Wisdoms (Cet. ke-4), The Best of Chinese Sayings (Cet. ke-3), dan The Best of Chinese Strategies (Cet. ke-1).

          Tidak ada komentar:

          Posting Komentar