Jumat, 15 Oktober 2010

Best Seller

Marmut Merah Jambu

... Momennya lagi pas banget, pikir gue. Seperti yang Ara tadi anjurkan lewat telepon, ini adalah saatnya gue bilang ke Ina kalau gue sangat menikmati malam ini.

      ‘Tau gak sih, Na,’ kata gue sambil menyetir, memberanikan diri untuk bicara. ‘Gue seneng banget hari ini.’

      ‘Seneng kenapa?’ tanya Ina.

      ‘Seneng, soalnya,’ kata gue, berhenti bicara sebentar dan menengok ke kiri untuk melihat muka Ina. Gue masang muka sok ganteng. Gue natap mukanya dengan jelas, memasang mata nanar, berkata dengan sungguh-sungguh, ‘Seneng... soalnya... hari ini akhirnya... gue bisa pergi sama-’

      ‘AWAS!!!!’ jerit Ina memecahkan suasana.

      BRAK! Mobil gue naik ke atas trotoar. Mobil masih melaju kencang, dan di depan ada pohon gede. Ina ngejerit, ‘Itu pohon! ITU ADA POHON, GOBLOK!’

      ‘AAAAAAAAHHHH!’ jerit gue, kayak cewek disetrum. Lalu gue ngerem dengan kencang. Ina teriak lepas. Suasana chaos.


My Stupid Boss

Gue terharu banget Pak Boss mandang gue begitu tinggi. Dia super yakin Christopher Reeves is not the real Superman, but I am.

Boss: Saya gak mau tau! Pokoknya kapal harus jalan tanggal 15! Apa pun caranya!
Gue: Cannot. Kita bukan pemilik kapal. Kapal mundur jadwalnya, kita gak bisa buat apa pun.
Boss: Saya gak mau tau!
Gue: Ok, apa boleh buat... saya pulang dulu ke rumah ambil sayap Superman, ntar saya terbangin barang kita ke Sarawak!
Boss: Kamu gak usah ngomong sinis begitu!
Gue: Saya gak sinis. Saya cari alternatip! Setau saya perusahaan kita belum beli itu kapal, jadi kita gak bisa atur jadwal. Satu-satunya cara, ya saya bawa terbang, kan?
Boss juga yakin gue bisa do miracles. Antara lain: ngatur cuaca.
Boss: Hah? Jadi kapal terlambat sampek Sandakan? Aduuuh kenapa ada cuaca buruk? Berapa lama? Gak bisa begitu dong. Apa gak bisa dicepetin badainya? Coba lain kali kamu kerja yang betul... diatur yang bener supaya kapal jangan sampek kena cuaca buruk!

Kwa-kwaaaaaaaaa...


(Sebuah kutipan dari 70 kisah kegokilan seorang Boss, yang membuat anak buahnya hendak "mengakhiri" hidupnya)

“Ini namanya Mati Ketawa... eh Ketiwi ye [soale yang nulis cewek]... ala pegawe. Favoritku, Amnesia Attack! Mestinya diedarin nih ke angkatan karyawan dan karyawati nasional, biar nggak cepet stroke dan ubanan. Peringatan keras buat para boss, jangan ngerekrut pegawai yang jago curhat ngocol... apalagi sampe nulis buku gini... hihihi...”
Rini Nurul Badariah, dah 7 taun insap dari status pegawe (http://rinurbad.multiply.com)

 “Baca buku ini bikin gue ngerasa boss gue tuh calon ‘Boss Idol’ deh... Bohay boss gue ga ada seupilnya dari Boss di buku ini!”
Someone, Corporate Secretary.

“Gilaaaaaa… gw jadi pengen ketemu this stupid and evil boss, mencekik lehernya, terus ngelemparin dia jadi umpan buaya! Duh, duh, duh, kok ada ya boss kayak begini? Fyuuhh … Udah lama banget gw nggak jumpalitan kayak monyet sirkus pas baca sebuah buku. My Stupid Boss bener-bener mencengangkan!”
Iwok Abqary, Penulis buku komedi TIKIL dan GokilDad (http://iwok.multiply.com)

“Gileee... Boss kayak gini sih ngangenin banget!!! Gue mau deh...”
Anne, Asisten Boss Garing sebuah perusahaan.

Perahu Kertas

 Karya terbaru dari penulis best seller, Dewi Lestari. Perahu Kertas siap berlayar untuk temui para pembacanya pada 29 Agustus 2009, berbagi harapan yang layak untuk diperjuangkan dan diwujudkan. Tiba waktunya pula untuk layarkan harapan terbesarmu dalam hidup ini!




Negeri 5 Menara

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

 

Honeymoon With My Brother

Apa yang akan Anda lakukan jika tunangan Anda mencampakkan Anda menjelang pesta pernikahan saat semua undangan telah disebar
dan sebagian tamu tengah berada dalam perjalanan ke kota Anda?
Kehidupan Franz Wisner seolah-olah hancur berantakan ketika tunangannya yang telah dipacarinya selama 10 tahun memutuskan hubungan seminggu sebelum hari pernikahan mereka. Dengan pesta pernikahan dan bulan madu yang telah siap menanti, ada dua pilihan yang tersedia baginya: membatalkan semuanya atau menjalankannya tanpa mempelai wanita. Didukung oleh adiknya, Kurt Wisner, dan para sahabatnya, Franz yang nyaris putus asa mengambil pilihan kedua.

Bulan madu yang awalnya dianggap sebagai gurauan untuk meringankan beban hati, ternyata berubah menjadi pengalaman luar biasa. Franz dan Kurt, dua bersaudara yang semula merasa saling terasing menemukan kembali jati diri dan keintiman mereka. Keduanya kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan mereka, menjual rumah mereka, menyumbangkan pakaian dan perabot mereka, membuang ponsel dan penyeranta mereka, lalu pergi bersama mengelilingi dunia.

Setelah bertualang selama empat tahun dan menyinggahi lebih dari enam puluh negara, termasuk Indonesia, hubungan mereka justru semakin erat. Franz yang semula patah hati akhirnya menemukan makna hidup yang baru.
Perjalanan mereka pun berubah menjadi sebuah cara baru menikmati hidup. Dari alam liar Amerika Latin hingga Eropa Timur dan Timur Tengah, dari Afrika hingga Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, setiap petualangan baru membawa mereka ke tempat-tempat yang lebih unik dan menarik, diwarnai aneka kisah seru yang mereka alami.

Lucu, menyentuh, dan sekaligus sangat menghibur, buku ini bakal memancing hasrat bepergian Anda. Mengikuti kedua bersaudara itu sedikit demi sedikit menanggalkan setiap rutinitas harian mereka dan hidup bebas merdeka, mau tak mau Anda akan berharap dapat melakukannya juga

 

 

 


1 komentar: